Semua agama itu sama, Benarkah?

 

 

Sekolah sejarah dan peradaban islam resmi dimulai, sabtu 29 Oktober 2016 kemarin. Kegiatan yang berlangsung hingga bulan Desember ini bertujuan untuk menyajikan sejarah secara orisinalitas dan fakta berdasarkan worldview islam.

Dimulai dengan tema sejarah awal mula Yahudi dan Nasrani oleh Ustadz Haikal Hassan. Beliau menyampaikan secara tegas siapa sebenarnya biang keladi dari distorsi sejarah islam. Menelisik pemahaman bahwa semua agama sama yang biasa dikenal sebagai agama  Abrahamic dengan menyamaratakan agama yang berlandaskan Tuhan. Islam, Yahudi, Nasrani dianggap memiliki kesamaan. Kaum orientallis menganggap bahwa Yahudi sebagai pionir hadirnya agama yang dimulai oleh ajaran Abraham yang diyakini berasal dari Ibrahim  sebagai pilar agama Yahudi. Yahudi menjadikan Musa sebagai tonggak dalam menjalankan iman. Lalu Isa dijadikan oleh Nasrani sebagai panutan bagi pengikut Nasrani. Hingga belakangan Islam datang dengan Muhammad sebagai rasul untuk melengkapi dan menyempurnakan keyakinan dan kepercayaan masa lalu.

Bahkan hal itu sudah masuk ke dalam kurikulum dalam pelajaran agama anak sekolah. Bahwa kitab taurat milik agama yahudi, kitab injil milik agama nasrani, dan al-quran millik agama islam. Penyelewengan ini pun akhirnya tersampaikan bahwa islam menyempurnakan agama lain. Sehingga seakan, islam datang belakangan dibanding agama lainnya.

Namun, kallimat tersebutlah yang menjadi ujung tombak distorsi sejarah nilai tauhid. Dan hal inilah yang mejadi bahan pembiasan makna asas islam. Seperti termaktub dalam surat Al-Hajj ayat 78  “….(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu,…” Disini telah disampaikan, bahwa agama Ibrahim sejak awal adalah muslim, karena mengEsa-kan Allah yang satu. Bukan agama yang lahir belakangan, saat munculnya nabi Muhammad. Islam telah ada, sejak diciptakannya manusia. Islam adalah yang pertama dan satu-satunya.

Jika melihat dari kronologis waktu, Nabi Ibrahim memanglah imam (pemimpin) dari banyak nabi, sebagaimana diungkapkan dalam surat Al-Baqarah ayat 124 “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”. Hal ini merupakan keputusan Allah. Dan hal ini di akui oleh orang Yahudi dan nasrani sebagai bapak dari agama tersebut.

Dari siti sarah, ibrahim melahirkan ishaq. Dan dari siti hajar, ibrahim melahirkan ismail. Dari ishaq, maka lahirlah bangsa/suku yahudi. Sedangkandari keturunan ismail, lahirlah bangsa/suku arab. Namun, berbeda dengan apa yang di doktrin oleh kaum orientais selama ini. yang menganggap bahwa ajaran dari keturunan ishaq, berujung pada nabi musa sebagai penerima wahyu taurat sehingga disebut sebagai agama yahudi. Sedangkan nabi Isa sebagai penerima wahyu berupa injil disebut sebagai agama nasrani. Pada kenyataannya, ajaran nabi ibrahim dan keturunannya (ismail dan ishaq) jelas terbukti bahwa mengajarkan tauhid, hanya menyembah kepada Allah, Tuhan yang satu. Dalam surat Al-baqarah ayat 132 telah dibuktikan “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. Sehingga, pembiasan makna sangat terlihat, bahwa selama ini Islam hanya dianggap sebagai agama baru yang dilahirkan oleh nabi Muhammad.

Karena sesungguhnya, Islam merupakan agama yang telah lama ada, dan baru dimunculkan kembali di saat Muhammad SAW hadir dan menerima wahyu di tengah ummat. Ajarannya merupakan agama yang juga telah dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Yang mengEsa-kan Allah. Inilah esensi dari Tauhid yang sesunggguhnya.

Iradah Dwi Putriani

Tinggalkan komentar